Proklamasi adalah pernyataan suatu bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa Indonesia
telah melewati peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945
memproklasikan kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai
negara merdeka dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
A. KEKALAHAN JEPANG DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN
Perang Dunia II terjadi setalah Jepang membombardir Pearl Harbour
pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan
Jepang untuk mewujudkan citacitanya, yaitu membentuk persekemakmuran
Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran
Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.
Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama-tama terjadi
11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur).
Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh
ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari
1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Pebruari 1942. Dalam
perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat
menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan
Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang
menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan
Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat
dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka
secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian
di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa
Indonesia dimanfaatkan
untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus
1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota
Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua
dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian
material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk
yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan
Kaisar Hirohito, karena harus dapat menghentikan peperangan secepatnya
guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti
bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat.
Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945.
B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Karena terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa
pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral
janji. Janji itu dikenal dengan janji kemereekaan. Bila bangsa Indonesia
mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari
akan diberikan kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan yang
bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang
dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dlam perkembangannya
berubah menjadi PPKI.
Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat
(unconditional surrender). Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui
radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat
meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal
terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung
sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu Sutan
Sjahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah
mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan
untuk menyerah pada Sekutu. Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak
agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh
Sukarno-Hatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika
mendengar kepulangan Sukarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari
Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan
memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus
menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan
Sjahrir maka diajaknya ke rumah Sukarno. Namun Sukarno belum dapat
menerima maksud Sjahrir dengan alasan bahwa Sukarno hanya bersedia
melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan
anggota-anggota PPKI lain. Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana
sebelumnya yang telah disetujui oleh pemerintah Jepang. Selain itu
Sukarno akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan
Jepang tersebut.
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sikap Sukarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika
proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini
harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan
sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum
kedatangan Sekutu. Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain.
Kelompok muda menghendaki agar Sukarno-Hatta (golongan tua) segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak
seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita
resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera
mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai
kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu
ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal
15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar
Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat
itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan
tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Yang mendapat
kepercayaan dari
teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Sukarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Sukarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Sukarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Sukarno pada keesokan harinya.
Peristiwa ini menunjukkan adanya ketegangan antara kelompok tua
dengan kelompok muda yang memiliki sifat, karakter, cara bergerak, dan
dunianya sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu tidak hanya berhenti
pada adu argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan pemaksaan dari
golongan muda. Tentu saja semua itu demi kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.
Pemilihan Rengasdengkolk sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta,
didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan
Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka
mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya
terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah
terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke
Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah
Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk
mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan
Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan
oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan
kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno
memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah
kembali ke Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda
berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman
Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat
keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta
dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala
siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang)
atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan.
Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada
yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke
Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi
pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.
Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih
tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain
karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta
berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda
yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap
Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan
kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.
Achmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan
para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada
tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari
Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta
telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo
dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.
Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka
selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari
pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah
Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini
dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia,
sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi
kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.
Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara
golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Hoh. Hatta harus
terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang
terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat
menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan
oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu
Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud
untuk menjemput dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta.
Perlu ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula
Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat
penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda,
bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul
12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai
taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia
melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang
yang dekat dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai
penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan
melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang amandan
terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang
sudah lama ditunggu-tunggu.
D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI
Bertitik tolak dari keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik
secara resmi maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam
saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya.
Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan
yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan
kebebasan Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1
Jakarta teks prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi “Kami
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian
berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia” berasal dari Achmad Subardjo. Kalimat kedua oleh
Soekarno yang berbunyi “Halhal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan
lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kedua kalimat ini
kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi
seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang.Sekarang timbullah
masalah siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno
menyarankan agar semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi
itu selaku “Wakil-wakil Bangsa Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan
daripara pemuda. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pimpinan pemuda
mengusulkan, agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa
Indonesia. Usul ini diterima dengan suara bulat. Selanjutnya Soekarno
minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut.
E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Sebelum teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih
dahulu Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:
Saudara-saudara sekalian !
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan
satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun
kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita.
Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk
mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa
kita tetap menudju kearah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai
kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini,
tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada
hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja
kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa
dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang
berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan
kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan
pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan
itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk
menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami: